PERUBAHAN BENTUK KATA
PERUBAHAN BENTUKKATA
Pada
umumnya, perubahan bentuk kata itu disebabkan oleh adanya perubahan beberapa
kata asli karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri, atau karena memang
adanya perubahan bentuk dari kata-kata. Perubahan-perubahan bentuk kata apapun dalam
suatu bahasa lazim disebut gejala bahasa. Badudu dalam Muslich (2010:101).
Peristiwa
menyangkut bentukan-bentukn kata atau kalimat dengan segala macam proses
pembentukannya.
Macam-macam
gejala bahasa dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Analogi
Merupakan
salah satu cara pembentukan kata baru. Yang disebut analogi adalah suatu
pembentukan bahasa dengan meniru contoh yang sudah ada. Dalam suatu bahasa yang
sedang tumbuh dan berkembang, pembentukan kata-kata baru (Analogi) sangat
penting sebab pembentukan kata baru dapat memperkaya perbendeharaan bahasa.
|
Menyatakan laki-laki
|
Menyatakan perempuan
|
|
Saudara /a/
|
Saudari /i/
|
|
Pemuda /a/
|
Pemudi /i/
|
|
Siswa /a/
|
Siswi /i/
|
|
Mahasiswa /a/
|
Mahasiswi /i/
|
Fonem /a/ dan /i/ yang terletak pada
akhir kata mempunyai fungsi menyatakan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Karena bentukan-bentukan seperti itulah dalam bahasa inonesia
terdapat bentukan baru. Selain bentukan baru seperti diatas, ada pula deretan
kata yang sudah lama kita jumpai. Misal: sastrawan, wartawan, hartawan, dan
bangsawan.
B. Adaptasi
Menurut
Muslich (2010:102) adaptasi ialah perubahan bunyi dan struktur bahasa asing
menjadi bunyi dan struktur yang sesuai dengan penerimaan pendengaran atau
ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya.
Adaptasi atau penyesuaian dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu adaptasi fonologis
dan adaptasi morfologis.
1. Adaptasi
fonologi adalah penyesuaian perubahan
bunyi bahasa asing menjadi bunyi yang sesuai dengan ucapan lidah bangsa pemakai
bahasa yang dimasukinya. Adaptasi ini menekankan pada lafal bunyi, misalnya:
|
Bahasa asing atau
daerah
|
Bahasa yang
dimasukinya
|
|
Fadhuli
(Arab)
|
Peduli
|
|
Dhahir
(Arab)
|
Lahir
|
|
Voorsehot
(Belanda)
|
Persekot
|
|
Vooloper
(Belanda)
|
Pelopor
|
|
Chauffeur
(Belanda)
|
Sopir
|
|
Vacantie
(Belanda)
|
Pakansi
|
|
Zonder
(Belanda)
|
Solder
|
|
Zaal
(Belanda)
|
Sal
|
|
Trampil
(Jawa)
|
Terampil
|
|
Kraton
(Jawa)
|
Keraton
|
2. Adaptasi
morfologis adalah penyesuaian
struktur betuk kata. Berpengaruh juga pada perubahan bunyi, misalnya:
|
Bahasa asing
|
Bahasa yang
dimasukinya
|
|
Schildwacht
(Belanda)
|
Sekilwak
|
|
Parameswari
(Sanskerta)
|
Permaisuri
|
|
Prahara
(Sanskerta)
|
Perkara
|
C. Kontaminasi
Menurut Muslich (2010:103) dalam bahasa
Indonesia, kata kontaminasi sama
dengan keracunan. Kata racun berarti
‘campur aduk’, ‘tumpang tindih’, ‘kacau’. Kata racun (keracunan) sebagai
istilah yang berkaitan dengan percamouradukan dua unsur bahasa (imbuhan, kata,
frase, atau kalimat) yang tidak wajar. Ketidakwajaran yang menunjukkan bentuk
racun itu (khususnya bentuk kata) diuraikan sebagai berikut.
Kata (1) dinasionalisirkan, dan (2) dipublisirkan.
Pada kedua contoh kata tersebut keracunan akhiran {-ir} (Belanada) dengan
akhiran {-kan} yang membentuk kata kerja. Pada kedua contoh kata tersebut
mengalami dua kali proses pembentukan kata kerja; akhiran {-ir} dan akhiran
{-kan}. Hal tersebutlah yang menimbulkan keracunan. Bentuk dinasionalisasikan berasal dari tumpang-tindih dua kata: dinasionalisir dan dinaionalisasikan, kedua bentuk akhir ini sama artinya.
Menurut Muslich (2010:104) bentuk kata kerja
di atas dalam pemakaian bahasa Indonesia bersaing dengan kata-kata dinasionalisasikan dan dipublikasikan, yang hanya terjadi satu
kali proses pembentuannya, yaitu dari kata benda nasional, dan publikasi.
Disebut kontaminasi bentuk kata.
Contoh lain: direalisasikan,
dipertinggikan, diperuaskan.
D. Hiperkorek
Menurut Muslich (2010:104) gejala
hiperkorek merupakan proses pembetulan bentuk yang sudah lalu malah menjadi
salah. Maksdunya, sesuatu yang sudah betul dibetulkan lagi, yang akhirnya malah
menjadi salah, dianggap bentuk yang tidak baku. Berikut uraian gejala
hiperkorek:
|
Gejala hiperkorek
|
Contoh
|
|
Fonem
/s/ menjadi /sy/
|
·
Sehat menjadi syehat
·
Insaf menjadi insyaf
·
Saraf menjadi syaraf
|
|
Fonem
/h/ menjadi /kh/
|
·
Ahli menajdi akhli
·
Hewan menjadi khewan
·
Rahim menajdi rakhim
|
|
Fonem
/p/ mejadi /f/
|
·
Pasal menjadi fasal
·
Paham menjadi faham
|
|
Fonem
/j/ menjadi /z/
|
·
Ijazah menjadi izazah
·
Jenazah menjadi zenazah.
|
Gejala hiperkorek melanda ragam bahasa
pergaulan remaja atau dalam bahasa lawak. Misalnya kofi, mefet, syusyu, dan lain sebagainya.
E. Varian
Dijumpai dalam ucapan pejabat pada Era
Orde Baru. Vokal /a/ pada sufiks –kan menjadi /e/. Misalnya:
- Direncanakan
à
direncanaken
- Digalakkan
à
digalakken
- Diambilkan
à
diambilken
- Membacakan
à
membacaken
F. Asimilasi
Menurut Muslich (2010:105) gejala
asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama.
Misalnya:
·
Alsalam > assalam
> asalam
·
Inmoral > immoral
> imoral
·
Mertua > mentua
G. Dismilasi
Menurut Muslich (2010:105) disimilasi
adalah proses berubahnya dua buah fonem yang sama menjadi tidak sama. Misalnya:
·
Vanantara (Sanskerta) à
Belantara
·
Citta (Sanskerta) à
Cipta
·
Sajjana (Sanskerta) à
Sarjana
·
Rapport (Belanda) à
Lapor
·
Lalita (Sanskerta) à
Jelita
·
Lauk-lauk (Melayu) à
Lauk pauk
H. Adisi
Menurut Muslich (2010:106) gejala adisi
ialah perubahan yang terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai oleh penambahan
fonem.
|
NO.
|
Gejala
adisi
|
Penjelasan
|
Contoh
|
|
1.
|
Protesis
|
Proses penambahan fonem pada awal kata.
|
·
Lang
à
elang
·
Mas
à
emas
·
Stri
à
istri
·
Smara
à
asrama
|
|
2.
|
Epentesis
|
Proses penambahan fonem di tengah kata.
|
·
General
à
jenderal
·
Gopala
à
gembala
·
Rancana
à
rencana
·
Upama
à
umpama
|
|
3.
|
Paragog
|
Proses penambahan fonem pada akhir kata.
|
·
Lamp
à
lampu
·
Hulubala
à
hulubalang
·
Ina
à
inang
·
Adi
à
adik
|
I. Reduksi
Menurut Muslich (2010:106) gejala reduksi
adalah peristiwa pengurangan fonem dalam suatu kata.
|
NO.
|
Gejala
reduksi
|
Penjelasan
|
Contoh
|
|
1.
|
Aferesia
|
Proses penghilangan fonem pada awal kata.
|
·
Upawasa
à
puasa
·
Uelociped
à
sepeda
·
Telentang
à
tentang
·
Tatapi
à
tetapi à
tapi
|
|
2.
|
Sinkop
|
Penghilangan fonem di tengah-tengah kata.
|
·
Utpati
à
upeti
·
Listuhayu
à
lituhayu
·
Sahaya
à
saya
·
Kelamarin
à
kemarin
|
|
3.
|
Apokop
|
Proses penghilangan fonem pada akhir kata.
|
·
Pelangit
à
pelangi
·
Possesiva
à
posesif
·
Import
à
impor
·
Mpulaut
à
pulau
|
J. Metatesis
Menurut Muslich (2010:107) metatesis
suatu pertukaran, adalah perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar tempatnya.
Contoh:
·
rontal
à
lontar
·
betting
à
tebing
·
kelikir
à
kerikil
·
banteras
à
berantas
·
alamri
à
lemari
K. Diftongisasi
Menurut Muslich (2010:107) diftongisasi
adalah proses perubahan suatu monoftong jadi diftong. Contoh:
·
sodara
à
saudara
·
suro
à
surau
·
pulo
à
pulau
·
pete
à
petai
·
sate
à
satae
L. Monoftongisasi
Menurut Muslich (2010:108) monoftongisasi
adalah proses perubahan suatu diftong (gugusan vokal) menjadi monoftong.
Contoh:
·
gurau
à
guro
·
bakau
à
bako
·
sungai
à
sunge
·
danau
à
dano
·
buai
à
bue
M. Anaptiksis
Menurut Muslich (2010:108) anaptiksis
adalah proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna melancarkan
ucapannya. Contoh:
·
putra
à
putera
·
putri
à
puteri
·
slok
à
seloka
·
candra
à
candera
·
srigala
à
serigala
N. Haplologi
Menurut Muslich (2010:108) haplologi
adalah proses penghilangan suku kata yang ada di tengah-tengah kata. Contoh:
·
sarnanantara
à
sementara
·
budhidaya
à
budaya
·
mahardhika
à
merdeka
O. Kontraksi
Menurut Muslich (2010:109) kontraksi
ialah gejala yang memperlihatkan satu atau lebih fonem yang dihilangkan.
Contoh:
·
perlahan-lahan
à
pelan-pelan
·
bahagianda
à
baginda
·
tidak
ada à
tiada
·
tapian
na uli à
Tapanuli
DAFTAR PUSTAKA
Masnur,Muslich.2010. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Badudu, J.S. 1981. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Ce. XVII.
Bandung: Pustaka Prima
Komentar
Posting Komentar