JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
Berikut
merupakan jenis-jenis morfem Bahasa Indonesia (Muslich, masnur:2010)
1. Jenis
morfem berdasarkan kemampuan berdistribusi.
Morfem
distribusi merupakan morfem berulang yang memiliki dua variasi, yaitu ada yang bergantung dan ada yang bebas.
a) bentuk
bergantung, ia tidak dapat berdiri sendiri dan dapat tak memiliki makna jika ia
berdiri sendiri.
Contoh:
Beranak pinak : morfem pinak tak dapat
berdiri sendiri karena tak akan mempunyai makna. Sedangkan morfem beranak
dapat memiliki makna jika berdiri sendiri. Oleh karena itu ia akan selalu
bergantung pada morfem beranak.
Contoh yang lain yaitu kering keronta, tua renta dan
gelap gulita.
b) bentuk
bebas, ia dapat berdiri sendiri meskipun dipisah oleh kata yang mengikutinya.
Contoh:
Jual-beli : kata jual dan beli apabila dipisahkan tak akan merubah makna dan dapat berdiri
sendiri-sendiri.
2. Jenis
morfem berdasarkan produktivitasnya.
Morfem
afiks dibagi menjadi empat, yaitu:
a) Morfem
afiks produktif membentuk kata-kata baru. Misalnya morfem afiks ke-an,
karena dapat membentuk kata-kata baru.
Contoh:
Ke + aman + an : keamanan
Ke + selamat + an : keselamatan
Ke + makmur + an : kemakmuran
Ke + sehat + an : kesehatan
a) Morfem
afiks tidak produktif
Morfem yang dialami
oleh afiks {-em-}, {-el-}, dan {-er-}contohnya yaitu gemetar,
telunjuk, dan gergaji. Morfem-morfem tersebut sekarang sama sekali sudah tak
produktif lagi, dan hanya digunakan pada Bahasa Melayu dahulu.
b) Morfem
afiks sedang cenderung produktif
Morfem afiks yang
cenderung meningkat pemakaiannya dalam bentuk kata kata baru misalnya morfem
afiks {-is}, {-isme} dan {-(n)isasi}
Berikut ini merupakan
contoh dari morfem-morfem serapan tersebut.
Contoh morfem afiks {-is}
Psikologis
Strategis
Astronomis
Contoh morfem afiks {-isme}
Plural + isme :
pluralisme
Nasional + isme : nasionalisme
Contoh morfem afiks {-(n)isasi}
Global + isasi : globalisasi
c) Morfem
cenderung tak produktif
Morfem yang cenderung
tak produktif adalah morfem yang menurun pemakaiannya. Misalnya yang saat ini
turun pemakaiannya yaitu morfem {ber-}.
Contoh dalam kalimat:
Adik sedang bermain bola.
Kata bermain saat ini
dalam pengucapan maupun tulisan sudah jarang digunakan.
Kalimat yang sering
digunakan yaitu
Adik sedang main bola.
3. Jenis
morfem berdasarkan relasi antar unsurnya.
Dalam jenis ini,
terdapat unsur fonem yang tidak dapat dipisahkan. Unsur tersebut dibagi menjadi
dua yaitu morfem utuh dan morfem terbelah.
a) Morfem
utuh merupakan morfem yang deretan fonemnya tidak terpisah.
Contoh
Se+tiap
: setiap
Ber+main : bermain
Mem+per+jelas : memperjelas
Me
+ makan : memakan
Kesimpulannya,
morfem yang mempunyai prefiks dan infiks lalu bertemu dengan morfem bebas maka
ia disebut dengan morfem utuh karena masih satu kesatuan.
b) Morfem
terbelah merupakan morfem yang terpisah dengan pemakaiannya, Contoh
Ke
+ sukses + an :kesuksesan
Ke
+ berhasil + an :keberhasilan
Di
+ laku+ an : dilakukan
Me
+ laku + an : melakukan
Kesimpulannya,
morfem yang mempunyai prefiks dan sufiks maka ia disebut dengan morfem terikat
karena tidak satu kesatuan.
4. Jenis
morfem berdasarkan sumbernya.
Pada Bahasa Indonesia terdapat
morfem-morfem afiks yang dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu
prefiks (meN-), (ber-), (peN-), dsb. Infiks (-el-), (-em-), dan (-er-).
Sufiks (-an), (-kan), dan (-i). Konfiks (pe-an), (ke-an),
(per-an) dsb.
Berikut
merupakan morfem afiks serapan yang dipakai dalam Bahasa Indonesia.
Morfem-morfem afiks seperti (ke-) dalam ketawa, (pra-) dalam
prasangka, (-wan) dalam pragawan, (bi-) dalam bilingual,
(non-) dalam nonpolitik, (-is) dalam pianis, (-isme) dalam
kolonialisme, dan (mega-) dalam megaproyek.
Morfem-morfem afiks tersebut dapat
menjadi keluarga afiks Bahasa Indonesia karena dalam pemakaiannya sudah dapat
mengikuti aturan-aturan Bahasa Indonesia yang ada dan mempunyai arti secara
gramatikal (dan tidak mempunyai arti leksikal). Afiks asing yang sudah masuk
dan menjadi keluarga Bahasa Indonesia
yaitu bentuk (-is) dalam Pancasialais dan (-isasi) dalam turnisasi.
Lain halnya dengan afiks (-us)
dalam politikus dan (-if) dalam sportif. Bentuk tersebut belum mampu melekat
pada Bahasa Indonesia asli karena ia hanya mampu melekat pada kata baku dalam
Bahasa asing. Oleh karena itu afiks (-us) dan (-if) belum dapat dikatakan
sebagai “keluarga” dari afiks Bahasa Indonesia.
5. Jenis
morfem berdasarkan jumlah fonem yang menjadi unsurnya.
Dalam
Bahasa Indonesia terdapat morfem-morfem yang berunsur fonem. Morfem yang
berunsur satu fonem disebut monofonemis, dan morfem yang berunsur lebih dari
satu fonem disebut polifonemis.
a) Morfem
monofonemis: (satu fonem) morfem {-i} dalam memetiki dan {a-} dalam
amoral.
b) Morfem
polofonemis :
Dua
fonem : {-an}, {di-},
{ke-}
Tiga
fonem : {ber-}, {meN-},
{dua}, {itu}, {api}
Empat
fonem :
{satu}, {baik}, {daki}
Lima
fonem : {serta},
{makin}, {berontak}
Enam
fonem : {bentuk},
{sambil}, {sembuh}
Tujuh
fonem : {bentrok},
{cokelat}
Delapan
fonem : {semboyan},
{kerontang}
Sembilan
fonem : {penasaran},
{sederhana}, {terselenggara}
Sepuluh
fonem : {halilintar},
{penasaran}, {semenanjung}
Jika dilihat dari frekuensi, maka
morfem-morfem polifonemis yang berunsur empat, lima, dan enam fonemlah yang
paling banyak frekuensinya. Sedangkan morfem yang berunsur dua, tiga, tujuh,
delapan, Sembilan, dan sepuluh fonem berfrekuemsi dibawahnya.
6. Jenis
morfem berdasarkan keterbukaannya bergabung dengan morfem lain.
Pada
morfem ini, terdapat dua morfem yaitu morfem terbuka dan morfem tertutup. Dalam
pemakaiannya, morfem-morfem bahasa Indonesia ada yang mempunyai kemungkinan
bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak. Morfem(meN-),
(ber-), dan (di-), semuanya tergolong morfem prefiks, morfem-morfem itu
mempunyai perbedaan.
Misal (morfem terbuka)
Morfem
(meN-), dan (ber-) masih membuka kemungkinan digabungi morfem
prefiks lain seperti morfem (di-) menjadi dimengertikan,
diberhentikan, memberitahukan dan memberhentikan.
(morfem tertutup)
Menongkat,
menjarum tidak dapat menjadi morfem terbuka karena dalam
penggunaannya yaitu hanya dapat menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit
dengan jarum atau memukul dengan tongkat.
Jadi, morfem tertutup adalah morfem yang tidak
mendapatkan afiksasi.
7. Jenis
morfem berdasarkan bermakna tidaknya.
Pada
dasarnya, bermakna atau tidaknya suatu morfem dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tak bermakna. Morfem
kelompok yang bermakna –sesuai dengan namanya- selalu bermakna dan dapat dicari
maknanya di dalam kamus. Contohnya yaitu lapar, kuda, merah, buku, dsb.
Karena ia bermakna dan dapat dicari didalam kamus maka bisa disebut morfem leksikal.
Kelompok
morfem tak bermakna, ia tidak mempunyai makna sendiri. Contohnya (ter-), (di-),
(peN-), (se), (-i), (-an), (-el-) dsb. Kelompok kedua ini baru diketahui
maknanya bila sudah berada dalam konstruksi yang lebih besar, atau dikatakan
telah melekat pada bentuk-bentuk dasar, bentuk dari kelompok pertama. Oleh
karena itu, morfem-morfem ini disebut morfem
gramatikal.
Daftar Pustaka
Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian Ke Arah
Tata Bahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara
Komentar
Posting Komentar