KONSEP DASAR PROSES MORFOLOGIS
KONSEP DASAR PROSES MORFOLOGIS
A.
PENGERTIAN PROSES MORFOLOGIS
Proses
morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar
melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), penggulangan (dalam proses
reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses
akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). (Chaer,
abdul:2008)
Proses
morfologis melibatkan komponen:
1. Bentuk
dasar
2. Alat
pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi).
3. Makna
gramatikal.
4. Hasil
proses pembentukan. (Chaer, abdul:2008)
B.
CIRI SUATU KATA YANG MENGALAMI PROSES
MORFOLOGIS
Menurut
Muslich, masnur:2010 berikut merupakan ciri suatu kata yang mengalami proses
morfologis:
1. Berfungsi
sebagai tempat penggabungan dan berfungsi sebagai penggabung.
Contoh:
morfem sebagai tempat penggabungan {tulis}, {bangun},{murid}, dan {gelap}.
Morfem sebagai penggabung
{meN-},{peN-an},{ulang}, dan {gulita}
2. Bentuk
dasar tidak selalu bermorfem tunggal, tetapi mungkin dapat berupa morfem kompleks.
Contoh:
Bentuk dasar membelajarkan adalah belajar.
Bentuk dasar bersusah paya adalah susah paya.
3. Berdasarkan
wujudnya, bentuk dasar dapat berupa pokok kata, bahkan berupa kelompok kata.
Contoh:
Bentuk kata menemukan, berjuang, dan perhubungan adalah pokok kata temu, juang, dan hubung.
Bentuk kata mencangkul, perbaikan, dan disatukan
adalah kata cangkul, baik dan satu.
Bentuk kata mengesampingkan, ketidakmampuan, dan dikemukakan adalah kelompok kata ke samping, tidak mampu, dan ke
muka.
4. Penggabungan
atau perpaduan morfem-morfem yang
mengalami perubahan arti.
Contoh:
Bentuk dasar cangkul setelah digabungi morfem {meN-}, sehingga menjadi mencangkul
yang berarti ‘melakukan pekerjaan dengan alat cangkul’.
Bentuk dasar juang setelah digabungi morfem {ber-}, sehingga menjadi berjuang yang berarti ‘melakukan
perjuangan juang’.
5. Perpaduan
bentuk dasar dan afiks.
Contoh:
{meN-}
menjadi {mem-}. Penyesuaian ini
didasari atas sifat bunyi awal bentuk dasarnya. Karena bentuk dasar bantu
adalah bilabial (bunyi bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga menyesuaikan diri menjadi bunyi nasal bilabial sehingga
menjadi mem-
C.
MACAM-MACAM PROSES MORFOLOGIS
Menurut
Muslich, masnur:2010 dalam Bahasa Indonesia, perisitiwa kata ada tiga macam
yaitu:
1. Pembentukan
kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar.
Contoh:
Menulis
terbentuk dari bentuk dasar tulis dan
morfem imbuhan {meN-}.
Pembangunan
terbentuk dari bentuk dasar bangun
dan morfem imbuhan {peN-an}
2. Pembentukan
kata dengan mengulan bentuk dasar
Contoh:
Murid-murid
dibentuk dari morfem {ulang}
Diberi-berikan
dibentuk dari bentuk dasar diberikan
dan morfem {ulang}
3. Pembentukan
kata dengan menggabungkan dua atau lebih bentuk dasar.
Contoh:
Meja
hijau terbentuk dari bentuk dasar meja dan hijau.
Tinggal
landas terbentuk dari bentuk dasar tinggal dan landas.
D.
MAKNA GRAMATIKAL
Makna
leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh setiap bentuk dasar
(morfem dasar atau akar). Misalnya makna leksikal akar kuda adalah ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai’. Dalam kalimat ‘di kebun binatang itu ada tiga ekor buaya’ maka
kata buaya makna leksikalnya dapat
ditemui. Berbeda dengan kalimat ‘dasar buaya, ibunya sendiri ditipu’, maka kata
buaya dalam kalimat itu tidak
bermakna leksikal. (Chaer, abdul:2008)
Makna
gramatikal baru muncul dalam suatu proses gramatikal, baik proses morfologis
maupun proses sintaksis. Misalnya dalam proses prefiksasi ber- pada dasar dasi
muncul makna gramatikal ‘memakai (dasi)’, dalam proses prefiksasi me- pada dasar batu muncul makna gramatikal ‘menjadi seperti (batu)’, dan dalam
proses proses komposisi dasar sate dengan
ayam menjadi bentuk sate ayam muncul makna gramatikal ‘sate
yang bahannya daging (ayam)’. (Chaer, abdul:2008)
Makna
gramatikal mempunyai hubungan erat dengan komponen makna yang dimiliki oleh
bentuk dasar yang terlibat dalam proses pembentukan kata. Setiap makna
gramatikal dari suatu proses morfologi akan menampakan makna atau bentuk
dasarnya, seperti bentuk berdasi
makna gramatikalnya ‘memakai dasi’. (Chaer, abdul:2008)
E.
HASIL PROSES PEMBENTUKAN
Proses
morfologis atau proses pembentukan kata mempunyai dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal.Bentuk dan makna gramatikal merupakan dua hal yang
berkaitan erat, bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal merupakan
isi dari wujud fisik atau bentuk itu. (Chaer, abdul:2008)
F.
PEMBENTUKAN KATA DILUAR PROSES MORFOLOGIS
Menurut
Muslich, masnur:2010 proses morfologis mencatat hal-hal deskriptif dalam
pembentukan kata-kata (baru):
1. Akronim
yaitu kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagaian lain
yang itulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (KBBI)
Contoh:
Pusdiklat
(pusat Pendidikan dan pelatihan)
Tongpes
(kantong
kempes)
2. Abreviasi
adalah pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap(KBBI)
Contoh:
PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
IkIP (Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan)
3. Abreviakronim
adalah gabungan antara akronim dengan abreviasi.
Contoh:
Polri (Polisi Republik Indonesia)
Pemilu (emilihan umum)
4. Kontraksi
yaitu pengerutan (sehingga menjadi berkurang panjangnya) (KBBI).
Contoh:
Begitu (bagai itu) begini
(bagai ini)
5. Kliping
adalah pengambilan suku khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai
kata baru.
Contoh:
Influenza
menjadi flu
Purnawirawan
menjadi pur
Professional
menjadi prof
6. Afiksasi
pungutan
Contoh:
Anti
menjadi antikomunis, antikekerasan
Non
menjadi
nonformal, non-Amerika
Swa
menjadi swasembada, swadaya
Daftar
Pustaka
Chaer,
abdul 2008: Morfologi bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). PT Jakarta Cipta
Komentar
Posting Komentar