ARTI MORFEM ULANG

ARTI MORFEM ULANG

            Menurut Muslich (2010: 89). Morfem ulang Bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan bentuk dasar yang berupa kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva).
Fungsi Morfem Imbuhan
Dalam bahasa indonesia, ada morfem-morfem yang mempunyai kemampuan untuk membentuk kelas kata baru, ada juda yang tidak. Hal tersebut ada dalam proses morfologis, baik afiksasi ( pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), mapun pemajemukan (komposisi).
Di samping itu, morfem ulang juga berkombinasi dengan morfem imbuhan dalam membentuk suatu kata misalnya :
Ø  ke – an : kekuning – kuningan, kebiru – biruan.
Ø  se – nya : sebaik – baiknya, sekuat – kuatnya
Ø  -an : rumah – rumahan, sepeda – sepedaan, orang – orangan.

a.       Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka morfem ulang mempunyai beberapa arti sebagai berikut :
1.      Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar di lakukan berulang – ulang, contoh :
Ø  Memukul – mukul                      = “memukul berulang – ulang”
Ø  Menggerak – gerakkan              = “menggerakkan berulang – ulang”
Ø  Mengiris – iris                            = “mengiris berulang – ulang”
2.      Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar di lakukan oleh dua pihak dan saling mengenai/berbalasan, contoh :
Ø  Bantu – membantu                    = “saling membantu”
Ø  Tinju – meninju              = “saling meninju”
Ø  Kunjung – mengunjungi            = “saling mengunjungi”
3.      Menyatakan “hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut dengan bentuk dasar”, contoh:
Ø  Cetak – mencetak          = “hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mencetak”
Ø  Karang – mengarang      = “hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mengarang”
Ø  Coret – mencoret           = “hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan mencoret”
4.      Menyatakan bahwa “tindakan tersebut pada bentuk dasar dilakukan dengan seenaknya/santai atau hanya untuk bersenang – senang:, contoh:
Ø  Membaca – baca            = “membaca seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
Ø  Makan – makan = “makan seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
Ø  Berjalan – jalan              = “berjalan seenaknya/santai untuk bersenang – senang”
5.      Berkombinasi dengan afiks {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai”, contoh:
Ø  Berkirim – kiriman         = “saling mengirim”
Ø  Berolok – olok               = “saling mengolok”
Ø  Berpukul – pukulan       = “saling memukul”
6.      “rasa kekhawatiran, rasa ketaksetujuan, rasa menggerutu”, contoh:
Ø  Datang – datang dalam datang – datang, langsung tidur = “baru saja datang, kok langsung tidur”
Ø  Tahu – tahu dalam tahu – tahu, film sudah bubar = “begitu sadar (tahu), sayangnya film sudah bubar”
b.      Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka morfem ulang mempunyai beberapa arti, sebagai berikut:
1.      Menyatakan “banyak”, contoh:
Ø  Kemajuan – kemajuan       = “banyak kemajuan”
Ø  Gedung – gedung             = “banyak gedung”
Ø  Orang – orang                   = “banyak anak”
2.      Menyatakan “meskipun”, contoh:
Ø  Beras – beras (dimakannya)          = “meskipun beras (dimakannya)”
Ø  Sandal – sandal (diangkatnya)      = “meskipun sandal (diangkatnya)”
Ø  Darah – darah (diminumnya)        = “meskipun darah (diminumnya)”
Apabila berkombinasi dengan sufiks {–an} menyatakan “sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar”, contoh : orang – orangan “yang menyerupai orang”, kuda – kudaan “yang menyerupai kuda”, kereta – keretaan “yang menyerupai kereta”.
c.       Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka kemungkinan arti morfem ulang sebagai berikut:
1.      Menyatakan “lebih … lagi”, contoh:
Ø  Cepat – cepat        lebih cepat lagi            Berlarilah cepat – cepat!
Ø  Rajin – rajin          lebih rajin lagi              Belajarlah rajin – rajin !
2.      Berkombinasi dengan {ke-an} menyatakan “agak”, contoh:
Ø  Kehijau – hijauan              “agak hijau”
Ø  Keheran – heranan            “agak heran”
3.      “meskipun seperti bentuk dasar”, contoh:
Ø  Jelek – jelek           (dia itu setia)                           “meskipun jelek”
Ø  Kecil – kecil          (tapi sangat dibutuhkan)         “meskipun jelek”
4.      Berkombinasi dengan afiks {se-nya} menyatakan “tingkat yang paling tinggi” atau “supelatif”, contoh:
Ø  Sekecil – kecilnya             “tingkat yang paling kecil”
Ø  Sebaik – baiknya               “tingkat yang paling baik”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA

PROBLEMA MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA

HAKIKAT MORFOLOGI