AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA
AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA
Afiksasi adalah salah satu proses dalam
pembentukan kata turunan baik berkategori verba, nomina, maupun ajektiva. Dalam
bab ini akan dibicarakan pembentukan verba turunan itu, dalam dalam berikutnya
akan dibicarakan pembentukan nomina dan ajektiva. Afiksasi
Menurut Masnur (2010:38)bahwa afiksasi adalah proses
pembentukan kata dengan cara membubuhkan afiks terhadap bentuk dasar, baik yang
berupa pokok kata, asaal, maupun bentuk-bentuk lainnya. Contohnya, pokok kata dengar setelah mengalami afiksasi –kan terbentukklah pokok kata kompleks dengarkan. Pokok kata kompleks dengarkan setelah mengalami afiksasi meN- terbentuklah kata kompleks mendengarkan.
Afiks merupakan bentuk linguistik, kehadirannya dalam tuturan selalu
melekatkan diri terhadap bentuk dasar untuk menghasilkan kata kompleks.
Artinya, afiks terkat baik secara morfologis maupun secara semantis. Afiks
tidak memiliki makna leksikal melainkan hanya memiliki makna gramatikal.
Afiksasi pembentukan verba :
1. prefiks ber-
2. konfiks dan klofiks ber-an
3. klofiks ber-kan
4. sufiks– kan
5. sufiks-i
6. prefiks per-
7. kofiks per-kan
8. konfiks per-i
9. prefiks me-
10. prefiks di-
11. prefiks ter-
12. prefiks ke-
13. prefiks ke-an
- Verba
Berprefiks ber-
Bentuk dasar pembentukan verba
prefiks ber- dapat berupa:
Bentuk dasar pembentukan verba
prefiks ber-, contoh :
- Morfem dasar
terikat, seperti : bertempur, berkelahi, berjuang.
- Morfem dasar
bebas, seperti : berladang, bertenak, bergaya.
- Bentuk turunan
berafiks, seperti : berpakaian, beraturan, berpendapatan. Jadi, disini
prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks
lain.
- Bentuk turunan
reduplikasi, seperti : berlari-lari, berkeluh-kesah.
- Bentuk turunan
hasil komposisi, seperti : berjual-beli, bertemu-muka.
1.1
Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mempunyai (dasar)’ atau ‘ada
(dasar)nya’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna
(+benda), (+umum) dan (+bagian). Contoh :
- Berayah
‘mempunyai ayah’
- Bermesin
‘ada mesinnya’
- Berjendela
‘ada jedelanya’
1.2
Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna
(+pakain) atau (+perhiasan). Contoh :
- Berjilbab ‘memakai
jilbab’
- Berkalung ‘memakai
kalung’
- Berpita
‘memakai pita’
1.3
Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengendarai’, ‘menumpang’,
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+kendaraan). Contoh :
- Bersepeda
‘mengendarai sepeda’
- Berkuda ‘naik
kuda’
- Bermobil ‘naik
mobil’
Catatan!!
Bentuk sperti berbemo, berbus, berangkot.
Bertaksi dan berpesawat secara actual memang belum lazim digunakan orang.
Tetapi secara gramatikal bentuk-bentuk tersebut berterima.
1.4 Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’
Apabila bentuk dasarnya memiliki kompone (+benda),
(+dalaman), atau (+kandungan). Contoh :
- Beracun
‘mengandung racun’
- Berkuman
‘mengandung kuman’
- Berdarah
‘mengandung darah’
Catatan!!
Makna ‘mengandung’ atau ‘berisi’ bisa juga bermakna
‘mempunyai’ atau ‘ada dasarnya’ . Jadi berair bisa bermakna ‘mengeluarkan’
Lihat bab 1.5
1.5 Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘mengeluarkan’, ‘menghasilkan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen (+benda), (+hasil) atau (+keluar). Contoh “
- Bertelur
‘mengeluarkan telur’
- Berair mata
‘mengeluarkan air mata’
- Bernanah
;mengeluarkan nanah’
1.6
Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengusahakan’ atau ‘mengupayakan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+bidang usaha). Contoh:
·
Berladang ‘mengusahakan lading’
·
Bersawah ‘mengerjakan sawah’
·
Berternak ‘mengusahakan ternak’
1.7
Verba
berprefik ber- memiliki makna gramatikal ‘melakukan kegiatan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+benda) dan (+kegiatan). Contoh “
·
Berdebat ‘melakukan debat’
·
Bersenam ‘melakukan senam’
·
Berolahraga ‘melakukan olahraga’
1.8
Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘mengalami’ atau ‘berada dalam
keadaan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+perasaan batin). Contoh :
·
Bergembira ‘dalam keadaan gembira’
·
Bersedih ‘dalam keadaan sedih’
·
Bersenang-senang ‘dalam keadaan senang’
1.9
Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘menyebut’ atau ‘menyapa’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+kerabat) dan (+sapaan). Contoh :
·
Berkakak ‘menyebut kakak’
·
Beradik ‘menyebut adik’
Catatan!!
Bentuk berabang dan yang lain lain
diatas dapat juga bermakna gramatikal ‘mempunyai’. Maka dalam hal ini konteks
kalimat sangat menentukan makna gramatikal itu.
1.10
Verba
berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘kumpulan’ atau ‘kelompok’
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+jumlah) atau (+hitungan). Contoh :
·
Berdua ‘kumpulan dari dua orang’
·
Bertiga ‘kumpulan dari tiga orang
1.11
Verba berprfiks ber- memiliki makna gramatikal ‘memberi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+benda) dan (+berian). Contoh :
·
Bersedekah ‘memberi sedekah’
·
Berceramah’memberi ceramah’
·
Berkhotbah ‘memberi khotbah’
Catatan!!
Ada sejumlah kata berprefiks ber-
yang tidak bermakna gramatikal, melainkan idiomatical. Misal :
·
Berpulang ‘dengan makna meninggal’
·
Bersalin ‘dengan makna melahirkan’
·
Bertekuk lutut ‘bermakna menyerah’
- Verba
berkonfiks dan berklofiks ber-an
2.1
Verba
berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘banyak serta tidak teratur’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan), (+sasaran) dan (+gerak). Contoh :
·
Berlarian ‘banyak yang lari dan tidak
teratur’
·
Berlompatan ‘banyak yang lompat dan
tidak teratur’
2.2
Verba
berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’ atau ‘berbalasan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan), (+sasaran), (+gerak). Contoh :
·
Bermusuhan ‘saling memusuhi;
·
Bertangisan ‘saling menangis’
2.3
Verba
berprefiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+benda), (+letak) dan (+tempat). Contoh :
·
Bersebelahan ‘saling berada disebelah’
- Verba
berklofiks ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk
dengan proses, mula-mula pada betuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu
diimbuhkan pula sufiks –kan. Misalnya, mula-mula pada dasar senjata diimbuhkan
prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan
sehingga menjadi bersenjatakan. Contoh :
Senjata : bentuk dasar
Ber + senjata : prefik ber-
Ber + senjata + kan : sufiks –kan
- Verba
bersufiks –kan
Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila
diimbuhkan pada dasar yang memilik komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) akan membentuk verba
bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang
lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam
pembentukan verba inflektif.
Verba bersufiks-kan digunakan dalam
:
(1) kalimat imperative. Contoh :
·
Lemparkan
bola itu kesini!
·
Tuliskan
namamu disini!
·
Gunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar!
·
Kalimat pasif yang predikatnya berpola :
(Aspek)
+ pelaku +verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh :
+ pelaku +verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh :
·
Rumah itu baru kami dirikan.
·
Jembatan itu akan merobohkan mereka.
·
Tugas itu belum saya laksankan.
·
Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola : yang + (aspek) +pelaku +verba. Contoh :
·
Unag yang baru kami terima sudah habis lagi.
·
Kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.
4.1
Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+keadaan) atau (+sifat khas). Contoh “
·
Tenangan ‘jadikan tenang’
·
Damaikan ‘jadikan damai’
4.2
Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan berada di’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tempat) atau (+arah). Contoh :
·
Pinggirkan ‘jadikan berada di pinggir’
·
Daratkan ‘jadikan berada di tengah’
4.3
Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk orang lain’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Contoh :
·
Bukakan ‘lakukan buka untuk orang lain’
·
Belikan ‘lakukan beli untuk orang lain’
4.4
Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Contoh :
·
Lemparkan ‘lakukan lempar akan’
·
Hapuskan ‘lakukan hapus akan’
4.5
Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘bawa masuk ke’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ruang). Contoh :
·
Asramakan ‘bawa masuk ke asrama’
·
Gudangkan ‘bawa masuk ke gudang’
- Verba
bersufiks –i
Apabila bersufiks-i adalah verba
transitif, yang juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif.
Verba bersufiks-i digunakan dalam:
(1) kalimat imperative. Contoh :
·
Tolong gulai the ini!
·
Mari kita hampiri anak itu!
·
Lompati
saja pagar itu!
(2) Kalimat
pasif yang predikatnya berpola : (aspek) + pelaku
+ verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh :
+ verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh :
·
Kemarin beliau sudah kami hubungi.
·
Anak-anak yatim itu harus kami santuni.
·
Gurumu itu mesti kamu hormati dengan baik.
(3) keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang
berpola : yang
+ ( aspek) + pelaku + verba. Contoh :
+ ( aspek) + pelaku + verba. Contoh :
·
desa yang
akan kita kunjungi berada dibalik bukit itu.
·
Orang yang harus kamu surati sudah ada disini.
·
Banjir melanda wilayah yang akan kita datangi.
5.1
Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘berulang kali’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran). Contoh :
·
Pukuli ‘pukul berulang kali’
·
Lempari ‘lempar berulang kali’
5.2
Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘tempat’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai
komponen makna (+tempat). Misal :
·
Duduki, artinya ‘duduk di….’
·
Lewati, ‘lewat di…’
5.3
Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘merasa sesuatu pada’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai
komponen makna (+sikap batin) atau (+emosi). Misal :
·
Kasihi, ‘merasa kasih pada’
·
Takuti, ‘merasa takut pada’
5.4
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
‘memberi atau membubuhi’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai
komponen makna (+bahan berian). Misal:
·
Garami, ‘beri garam pada’
·
Nasihati, ‘beri nasihat pada’
5.5
Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘jadikan’ atau ‘sebabkan’
Apabila bentuk dasarnya mempunyai
komponen makna (+keadaan) atau (+sifat). Contoh :
·
Lengkapi, ‘jadikan lengkap’
·
Jauhi, ‘jadikan jauh’
5.6
Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan) dan (+tempat). Missal :
·
Tulisi, lakukan tulis pada’
·
Tanggapi, ‘lakukan tanggap pada’
Catatan!!
Sufiks –i tidak dapat dibubuhkan
pada bentuk dasar yang diakhiri vikao I atau diftong ai, jadi bentuk-bentuk
‘mandii’, ‘pergii’, belii’, dan ‘cabaii’ tidak berterima.
- Verba
berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba
yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks
per- dapat digunakan dalam :
(1) kalimat
imperative. Misalnya :
·
persingkat
bicaramu!
·
Perpanjang
dulu KTP-mu!
(2) Kalimat
pasif yang berpola : (aspek) + pelaku + verba :
·
Penjagaan akan kami perketat nanti malam.
·
Masjid ini akan kami perluas kea rah timur.
(3) Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola : yang + aspek + pelaku + verba.
Missal :
·
Saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
·
Mobil yang belum lama kami perbaiki mogok lagi.
6.1
Verba
berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘jadikan lebih’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+kesehatan) atau (+situasi). Contoh :
·
Pertinggi, ‘jadikan lebih tinggi’
·
Perlebar, ‘jadikan lebih lebar’
6.2
Verba
berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘anggap sebagai’ atau ‘jadikan’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
kompone makna (+sifat khas). Contoh :
·
Peristri, ‘jadikan istri’
·
Peranak, ‘jadikan anak’
6.3
Verba
berprefiks per- memiliki makna gramatikal ‘bagi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+jumlah) dan (+bilangan). Contoh :
·
Perdua, ‘bagi dua’
·
Pertiga, ‘bagi tiga’
- Verba berkonfiks per-kan
Verba
berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan
verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, berprefiks ter-). Verba
berkonfiks per-kan digunakan dalam :
(1)
kalimat
imperative. Missal:
·
persiapkan
dulu
bahan-bahanya!
·
Jangan perdebatkan lagi masalah itu!
(2) Kalimat
pasif yang predikatnay berpola : (Aspek) + pelaku + verba. Contoh :
·
Masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
·
Ususlmu itu sedang kami pertimbangkan.
(3) Keteragan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola pada : yang + (aspek) + pelaku.
Contoh :
·
Tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan di ulang lagi.
·
Film yang
hendak mereka persembahkan perlu disensor dulu.
7.1
Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-an’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+kegiatan). Contoh :
·
Perdebatkan, ‘jadikah bahan perdebatan’
·
Pertanyakan, ‘jadikan bahan pertanyaan’
7.2
Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+keadaan). Contoh :
·
Persamakan, ‘lakukan supaya sama’
·
Pertegas, ‘lakukan supaya tegas’
7.3
Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan me-‘
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan). Contoh :
·
Perdengarkan, ‘jadikan orang lain
mendengar’
·
Perlihatkan, jadikan orang lain melihat’
7.4
Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘’jadikan ber-‘
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+kejadian). Contoh :
·
Perhubungkan, ‘jadikan berhubungan’
·
Pergunsksn, ‘jadikan berguna’
- Verba
berkonfiks per-i
Verba berkonfiks per-I adalah verba
yang dapat menjadi pangal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-
inflektif, di- inflektif atau ter- inflektif). Verba berkonfiks per-i digunakan
dalam :
(1) Kalimat
imperative. Contoh :
·
Perbaiki
dulu sepeda ini!
·
Pergaulilah
istrimu dengan baik!
(2) Kalimat
pasif yang predikatnya berpola : (aspek) + pelaku + verba. Contoh :
·
Mobil itu baru kita perbaiki.
·
Tanah ini masih mereka persengkatai.
(3) Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola : yang + (aspek) + pelaku +
verba.contoh :
·
Rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa.
·
Kasihan sekali anak-anak yang mereka perdayai itu.
8.1
Verba
berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya jadi’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+keadaan). Contoh :
·
Perlengkapi, ‘lakukan supaya jadi
lengkap’
·
Perbarui, ‘lakukan supaya jadi baru’
8.2
Verba
berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada objeknya’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+tindakan) dan (+lokasi). Contoh :
·
Persetujui, ‘lakukan setuju pada
objeknya’
·
Persepakati, ‘lakukan sepakat pada
objeknya’
- Verba
berkonfiks me-
Dapat berbentuk
me-,mem-,men-,meny-,meng-, dan menge-. Bentuk atau alomorf me- digunakan
apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem r,I,w,y,m,n,ny,dan ng. contoh :
·
Merakit
·
Melekat
·
Mewarisi
9.1
Verba berprefiks me- inflektif
9.1.1
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′melakukan
(dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
sasaran). Contoh: membeli, menulis, membaca.
9.1.2
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′melakukan
kerja dengan alat′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan)
dan (+ alat). Contoh: mengikir, memahat,
mengail, merantai, mengunci.
9.1.3
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′melakukan
kerja dengan bahan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ bahan). Contoh: mengapur,
mengecat, mengelem, menyemen.
9.1.4
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′membuat
dasar′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
benda hasil). Contoh: menyambal, menumis, menggambar.
9.2 Verba berprefiks me-derivatif
9.2.1
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh:
merokok, menyate, menyoto.
9.2.2
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal mengeluarkan (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (bunyi) atau (+ suara). Contoh:
mengeong, mengaum.
9.2.3
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal menjadi (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ keadaan, ) atau (+ warna) atau (+ bentuk) atau (+ situasi).
Contoh : menguning, mengecil, membesar.
9.2.4
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal menjadi seperti apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ sifat khas). Contoh: membatu, membaja, mengarang, mengapur,
menyemak.
9.2.5
Verba berprefiks me- derivatif
menuju. Contoh : menepi, mengutara, mendarat, mengudara, melangit.
9.2.6
Verba berprefiks me- derivatif
memperingati. Contoh : meniga hari, menujuh hari, menujuh bulan, menyeratus
hari, menyeribu hari.
- Verba
berprefiks di-hhayayg
Verba berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat
dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di-dan verba pasif ter-
makna gramatikal yang dimilikinya:
1. Terkena, menderita atau mengalami
2. agak bersifat.
Verba berkonfiks
ke-an memiliki makna
gramatikal ‘terkena, menderita, mengalami (dasar)’apabila untuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+hal yang tdidak enak).
Contoh: Kebanjiran, artinya ‘terkena banjir’.
Kehausan, artinya ‘menderita haus’.
Kecopetan, artinya ‘terkena copet’.
Verba berkonfiks
ke-an memiliki makna
gramatikal ágak (dasar)’apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
warna).
Contoh: Kehijauan, artinya ‘agak hijau’.
Kemerahan, artinya ‘agak merah’.
Kekuningan, artinya ‘agak kuning’.
Perlu dicatat,
didalam pemakaian lazim disertai dengan
nama warna lain depannya dan bentuk reduplikasi.
Contoh : Hijau kekuningan atau hijau
kekuning-kuningan.
Merah kehitaman atau merah kehitam-hitaman.
Afiksasi pembentukan nomina
Pembentukan
dengan afiksasi ini ada yang dibentuk langsung dari akar, tetapi sebagaian
besar dibentuk dari akar melalui kels verba dari akar itu. Yang dibentuk
langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an, seperti kepandaian
yang bermakna ‘hal pandai’ dan kepartaian yang bermakna ‘hal partai’. Sedangkan
contoh yang dibentuk dari akar melalui verba dari akar adalah pembaca yang
bermakna gramatikal ‘yang membaca’, pembacaan yang bermaksud gramatikal ‘hasil
membaca’ atau ‘yang dibaca’.
Afiks-afiks
pembentukan nomina:
1. Nomina
Berprefiks ke-
Nomina berprefiks ke-
sejauh data yang ada hanyalah tiga buah kata yaitu ketua, kekasih,
dan kehendak ,Dengan makna gramatikal “yang dituai”, “yang dikasihi”,
dan “dikehendaki”.
2. Nomina
berkonfiks ke-an
Ada dua macam proses pembentukan
nomina dengan konfiks ke-an pertama dibentuk langsung dari bentuk dasar baik
dari akar tunggal maupun akar mejemuk.
Contoh
: hutan + ke-an = kehutanan
Olahraga
+ ke-an = keolahragaan
Kedua,
dibentuk dari akar tetapi melalui verba (yang dibentuk dari akar tersebut) yang
menjadi predikat dalam satu klausa.
Contohnya :
-
Keberanian ( yang diturunkan dari verba
berani, dari klausa ‘mereka sungguh berani’)
-
Kesedihan ( yang diturunkan dari verba
sedih, dari klausa ‘kami sangat sedih’).
a. Nomina
berkonfiks ke-an yang dibentuk langsung dari bentuk
·
Nomina berkonfiks ke-an yang dibentuk
langsung dari dasar memiliki makna gramatikal ‘hal(dasar)’.
Contoh
:
-kehutanan,
artinya ‘hal hutan’
-keolahragaan
artinya ‘hal olahraga’
-kebersamaan
artinya ‘hal bersama’
-ketidakadilan
artinya ‘hal tidak adil’
-keterbacaan
artinya ‘hal terbaca’
·
Nomina berkonfiks ke-an yang dibentuk
langsung dari bentuk dasar memiliki makna gramatikal ‘tempat (dasar)’ atau ‘wilayah
(dasar)’.
Contoh
:
-kelurahan
artinya ‘wilayah lurah’
-kecamatan
artinya ‘wilayah camat’
-kerajaan
artinya ‘wilayah raja’
-kesultanan
artinya ‘wilayah sultan’
-kepresidenan
artinya ‘wilayah presiden’
b. Nomina berkonfiks ke-an yang dibentuk
dari dasar melalui verba (yang dibentuk dari dasar itu dan menduduki fungsi
predikat sebuah klausa) memiliki makna gramatikal ‘hal (dasar), dan ‘hasil’.
·
Nomina berkonfiks ke-an memiliki makna
gramatikal ‘hal(dasar) dan memiliki makna(+ keadaan). Contoh :
-keberanian
artinya ‘hal berani’
-kebencian
artinya ‘hal benci’
-kegembiraan
artinya ‘hal gembira’
·
Nomina berkonfiks ke-an memiliki makan
gramatikal ‘hasil me-kan’ apabila memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(+sasaran). Contoh :
-ketetapan
artinya ‘hasil menetapkan’
-keputusan
artinya ‘hasil memutuskan’
-kesimpulan
artinya ‘hal menyimpulkan’
3. Nomina
Berprefiks pe-
a. Nomina
berprefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan
Prefiks
pe- yang mengikuti kaidah persengauan berbentuk pe-, pem-, pen-, per-, peng-,
peny-, dan penge-. Persengauannya sama dengan prefiks me-.
-perawat
(verba : merawat)
-perakit
(verba : merakit)
-pelintas
(verba : melintas )
-pewaris
(verba : mewarisi)
-peyakin
(verba : meyakini)
·
Nomina berprefiks pe- memiliki makna
gramatikal ‘yang (dasar)’ contohnya :
-pendatang
( dari verba datang)
-pemabuk
(dari verba mabuk)
-pemalas (dari verba malas)
-pemberani
(dari verba berani)
-penakut
(dari verba takut)
·
Nomina berprefiks pe- memiliki makna
gramatikal ‘yang me-(dasar)’. Contoh :
-penulis
(dari dasar tulis melalui verba menulis)
-penonton
(dari dasar tonton melalui verba menonton)
-pelatih
(dari dasar latih melalui verba melatih)
-pengawal
(dari dasar kawal melalui verba mengawal)
-pengajar
(dari dasar ajar melaluiverba mengajar)
·
Nomina berprefiks pe- memiliki makna
gramatikal ‘yang me-kan(dasar)’
Contohnya
:
-penjinak
(dari dasar jinak melalui verba menjinakkan )
-pembersih
(dari dasar bersih melalui verba membersihkan )
-pewangi(dari
dasar wangi melalui verba mewangikan)
-penentu
(dari dasar tentu melaluiverba menentukan)
-penerbang
(dari dasar terbang melalui verba menerbangkan ).
·
Nomina berprefiks pe- memiliki makna
gramatikal ‘yang me-i(dasar)’. Contohnya :
-pewaris
(dari dasar waris melalui verba mewarisi )
-pengunjung(
dari dasar kunjung melalui verba
mengunjungi)
-pelengkap
( dari dasar lengkap melalui verba melengkapi)
-penurut
(dari dasar turut melalui verba menuruti).
b. Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan.
·
Nomina berprefiks pe- yang tidak
mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau
berkonfiks memper-kan yang dibentuk dasar itu. Dan makna gramatikal ‘yang ber-
(dasar)’.
Contohnya :
-peladang
(dari dasar lading melalui verba berladang)
-pedagang
(dari dasar dagang melalui verba berdagang)
-peternak
(dari dasar ternak melalui verba berternak )
-petapa
(dari dasar tapa melalui verba bertapa )
-petaruh
(dari dasar taruh melalui verba mempertaruhkan)
c. Nomina berprefiks pe- melalui
proses Analogi
Ada
dua pembentukan nomina berprefiks pe-yang dibentuk melalui proses analogi.
Pertama bentuk penyuruh (dengan makna gramatikal ‘yang menyuruh’), dan bentuk
pesuruh (dengan makna gramatikal ‘yang disuruh’). Contohnya:
-penatar ‘yang menatar dan petatar
‘yang ditatar’.
-penyuluh ‘yang menyuluh’ dan
pesuluh ‘yang disuluh’.
-pengubah ‘yang mengubah’ dan
peubah ‘yang diubah’.
4. Nomina
berkonfiks pe-an
a. Nomina
berkonfiks pe-an memiliki gramatikal ‘hal /proses
me-(dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berpreviks me- inflrktif.
Contoh :
-pembacaan
artinya ‘hal membaca’
-penulisan
artinya ‘hal menulis’
-pendengaran
artinya ‘hal mendengar’
-penutupan
artinya ‘hal menutup
-pembayaran
artinya ‘hal membayar’.
b. Nomina
berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal /proses
me-kan(dasar)’. Contoh :
-pembenaran,
artinya ‘hal membenarkan’
-pengecualian
artinya ‘hal mengecualikan’
-pemutihan
artinya ‘hal memutihkan’
-penggelapan
artinya ‘hal menggelapkan’
-penjelasan
artinya ‘hal menjelaskan’
c.
Nomina berkonfiks pe-an memiliki makna grmatikal ‘hal/ proses
me-i (dasar)’. Contohnya :
-pewarisan artinya ‘hal mewarisi’
-pembenahan artinya ‘hal membenahi’
-pelucutan artinya ‘hal melucuti’
-pengerayangan artinya ‘hal
menggerayangi’
-pengobatan artinya ‘hal
mengobati’.
5. Nomina
berkonfiks per-an
Ada dua macam proses
pembentukan nomina dengan konfiks per-an. Pertama yang diturunkan dari dasar
melalui verba berprefiks ber- dan kedua yang dibentuk langsung dari dasar
nomina.
a. Nomina
berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui verba ber-. Contohnya:
-perdagangan
(dari verba berdagang)
-perselingkuhan
(dari verba berselingkuh)
-perladangan
(dari verba berselingkuh)
-pergaulan
(dari verba bergaul
-perdebatan
(dari verba berdebat).
b. Nomina berkonfiks per-an yang
dibentuk dari dasar (baik akar maupun bukan) nomina , contohnya :
- perkaretan
- perburuhan
-perkantoran
-perbelanjaan
-perkeretaapian
6. Nomina
bersufiks –an
Ada tiga macam proses pembentukan
sufiks –an.
a. Nomina
bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba
berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘hasil me- (dasar)’ dan
obyeknya menyatakan ‘hasil’.
-tulisan
dalam arti ‘hasil menulis
-masakan
dalam arti ‘hasil memasak
-gelian
dalam arti ‘hasil menggali’.
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari
dasar melalui verba berprefiks me-inflektif memiliki makna gramatikal ‘yang di-
(dasar) dan obyeknya menyatakan ‘sasaran’ seperti nimina makanan, bacaan, dan
tahanan. Contohnya:
-makanan di lemari
sudah tidak tersisa lagi
-bahan bacaan tersedia
lengkap
-tahanan polisi itu
berhasil melarikan diri
·
Nomina
bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me-
inflektif memiliki makna gramatikal
‘alat(me-)’. Contoh :
-mobil ini mogok karena
saringan bensinnya tersumbat.
b. Nomina
bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber-
memiliki makna gramatikal ‘tempat ber- (dasar). Misalnya nomina kubangan,
tepian, dan pangkalan.
c.
Nomina bersufiks –an yang
dibentuk dari dasar langsung memiliki makna gramatikal
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk
langsung dari dasar akan mempunyai makna gramatikal ‘tiap-tiap’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ukuran) atau (+takaran) contohnya :
-majalah
ini terbit bulanan
-kami
Cuma bisa membeli beras literan
-bahan
pakaian ini dijual meteran
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk
langsung dari dasar akan mempunyai makna gramatikal ‘banyak (dasar) seperti
ubanan, kutuan, dan jamuran contoh :
-kakak
masih muda, tetapi rambutnya masih ubanan
-beras
ini sudah kutuan dijual murah-murah
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk
langsung dari dasar akan mempunyai makna gramatikal bersifat (dasar) seperti
nomina murahan, asinan.
-saya
tidak mau membeli barang murahan
-asinan
ini tidak ada ketimunnya.
7. Nomina
bersufiks –nya
a. Nomina
bersufiks –nya memiliki makna gramatikal
‘hal’ memiliki makna (+keadaan) seperti kata-kata naiknya, mahalnya, luasnya
pada kalimat berikut:
-naiknya harga bbm mengurangi
pendapatan sopir taksi
-mahalnya harga sembako semakin
memelaratkan rakyat banyak
-luasnya daerah bencana menyulitkan
petugas pertolongan.
b. Nomina
bersufiks –nya memiliki makna gramatikal ‘penegasan’seperti nasinya, pulangnya,
datangnya. Contoh dalam kalimat:
-mau makan, nasinya habis.
-jangan lupa, pulangnya beli
oleh-oleh
-datangnya pak camat disambut
hangat oleh masyarakat.
8. Nomina
berprefiks ter-
Nomina berprefiks ter- dengan makna
gramatikal ‘yang di-(dasar)’ hanya dapat sebagai istilah dalam bidang hukum.
Nomina tersebut adalah tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh,
terhukum,dan terpidana.
9. Nomina
berinfiks –el-, -em-, dan –er-
Infiksasi dalam bahasa Indonesia
sudah tidak produktif lagi. Artinya tidak digunakan lagu untuk membentuk
kata-kata baru, sejauh ini berinfiks yang ada adalah:
-
Telapak =
tapak
-
Telunjuk = tunjuk
-
Gemetar =
getar
-
Seruling =
suling
-
Geletar =
getar
-
Gerigi =
gigi
-
Pelatuk =
patuk
-
Genderang = gendang
10. Nomina bersufiks asing
Dalam perkembangannya bahasa
Indonesia banyak menyerap kosakata asing terutama dari bahasa arab, inggris,
dan belanda. Artinya kosa kata itu diserap sekaligus dengan ‘sufiks’ yang
menjadi penanda kategori kata serapan itu.
a) In
pada kata hadirin
Muslimin
Mukminin
Mukimin
Muhajirin
Dengan
makna gramatikal ‘laki-laki yang (dasar)’
b) at
pada kata hadirin
muslihat
mukminat
Dengan
makna gramatikal ‘perempuan yang (dasar)’
c) –ah
pada kata gairah
Hafizah
Dengan
makna gramatikal ‘perempuan yang (dasar)’
d) Si
pada kata kritisi
Musisi
Politisi
Teknisi
Redaksi
Dengan
makna gramatikal ‘yang bergerak dalam bidang (dasar)’
e) –ika
pada kata fisika
Mekanika
Linguistika
Matematika
Fonetika
Dengan
makna gramatikal ‘ilmu tentang(dasar)’
f) –ir
pada kata importir
Eksportir
Leveransir
Donasir
Dengan
makna gramatikal ‘pelaku kegiatan (dasar)’
g) –ur
pada kata direktur
Kondektur
Redaktur
Inspektur
Dengan
makna gramatikal ‘laki-laki yang menjadi (dasar)’
h) –us
pada kata politikus
Musikus
Kritikus
Dengan
makna gramatikal ‘orang-orang yang melakaukan (dasar)’
i)
–isme pada kata kapitalisme
Feodalisme
Ismalisme
Dengan
makna gramatikal ‘paham mengenai (dasar)’
j)
–sasi pada kata organisasi
Spesialisasi
Inventarisasi
Tendanisasi
Neonisasi
Dengan
makna gramatikal ‘proses pe-an(dasar)’
k) –or
pada kata akor
Dictator
Proglamator
Konduktor
Indicator.
AFIKSASI
PEMBENTUKAN AJEKTIVA
Menurut chaer
(2008:169)kata yang berkategori ajektiva merupakan kata yang tidak perlu
melalaui proses pemberian afiks dan berupa kata yang telah jadi atau bentuk
yang berupa akar. Jadi, tidak sama dengan kata-kata berkategori nomina dan
verba yang sebagian besar terlebih dahulu dibentuk dengan proses afiksasi.
Ciri gramatikal
kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang berkategori ajektifa memang tidak tampak.
Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal dari unsur serapa bahasa Arab,
bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Kita hanya mengenal kosakata berkategori
ajektifa yang berasal ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantik dan segi
fungsi.
1. Dasar
ajektiva berprefiks asli Indonesia
Terdapat beberapa buku atau
literatur yang menyatakan adanya ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva
dengan kelas lain, seperti kelas nomina dan verba. Berikut kata-kata berafiks
yang bertumpang tindih.
a)
Dasar
Ajektiva Berprefiks pe-
Terdapat
dua macam pembubuhan prefiks pe- pada
dasar ajektiva, yaitu pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang
diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.



Pemberian
afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalua dasar ajektiva itu memiliki
komponen makna (+sikap batin) dan memahami makna gramatikal ‘yang memiliki
sifat (dasar)’
Misalnya:
Pemalu pendendam
Pemarah pembenci
Pemberian
prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar
ajektiva memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal
‘yang menjadikannya (dasar)’
Misalnya:
Pembersih pengotor
Pemutih pelicin
b) Dasar Ajektiva Berprefiks se-
Pemberian
prefiks se- memberi makna gramatikal sama (dasar). Contoh setinggi B yang
artinya sama tinggi dengan B. Prefriks se- dasar ajektifa bertugas membentuk
tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu sistem perderajatan atau
masuk dalam tingkat perbandingan.
-setinggi
=> sama tinggi = tingkat perbandingan sama
-tinggian
=> lebih tinggi = tingkat
perbandingan lebih
-
tertinggii => paling tinggi = tingkat
perbandingan paling
c) Dasar Ajektiva Berprefiks -an
Pemberian
sufiks –an memiliki makna gramtikal
“lebih (dasar)”
Contoh
: “pintaran” memiliki makna lebih pintar dan masih dalam tingkatan
perbandingan.
d) Dasar Ajektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan
ter- pada semua dasar ajektifa memiliki makna gramatikal paling (dasar).
Contoh
: “termahal” memiliki makna paling mahal dan masih dalam tingkatan
perbandingan.
Ada
kata yang berprefiks ter- yang
berkatergori ajektifa karena dapat didahului adverbia agak dan sangat karena memiliki makna (+ keadaan)
Contoh
: tertingal => agak tertinggal, sangat tertinggal.
e) Dasar Ajektiva Berprefiks ke-an
Pengimbuhan
ke-an terjadi apabila dasar ajektifa memiliki
komponen makna gramatikal (+ warna)
Contoh
: Kehitaman, “agak hitam”, dan terkadang dipertegas dengan pengulangan atau reduplikasi
misal : kehitam hitaman.
a. Makna
gramatikal : apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+warna), (+rasa)
atau (+ukuran)
Contoh:
Kehitaman : terlalu hitam
Kekecilan : terlalu kecil
Kekenyangan : terlalu kenyang
b. Makna
gramatikal : apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin)
Contoh:
Ketakutan : hal takut
Kekecewaan : hal kecewa
c. Makna
gramatikal : apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+rasa fisik)
Contoh:
Kepanasan : mengalami panas
Kedinginan : mengalami dingin
f) Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar
me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila memiliki
komponen makna ( sikap batin).
Contoh
:
Memalukan : menyebabkan malu
Dasar
ajektifa berklofiks me-kan mempunyai katrgori ajektifa dan verba dan dapat
didahului oleh adverbia agak dan sangat dan sebagai verba dapat diikuti oleh
sebuah objek.
Contoh
:
Agak
mengkhawatirkan kami : sangat
mengkhawatirkan kami.
g) Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar
ajektifa me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila memiliki
kompoen makna (+ rasa batin).
Contoh
: mencintai “merasa cinta pada”
Dasar
ajektifa dengan klofiks me-i memiliki kategori ajektifa dan verba, juga dapat
didahului oleh adverbia agak dan sangat
dan sebagai verba dapat dikuti oleh objek, agak mengangumi permainanya
artinya sangat mengagumi permainannya.
h) Dasar Lain berkomponen makna
(+keadaan)
Kosa
kata ajektifa dalam bahasa Indonesia merupakan barang jadi tetapi banyak pula
yang tidak. yang berkategori ajektifa itu memiliki komponenn makna (+ bendaan) atau (+ tindakan).
Misalnya
ajektifa merah dan kuning sehinga keduanya bisa didahului negasi bukan merah
dan tidak merah sama - sama berterima. ajektifa marah dan benci juga memiliki
komponen makna (+ tindakan). sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki
makna (+ keadaan) sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan
tidak jadi bentuk-bentuk bukan untung dan tidak rugi sama-sama berterima. kata
turunan merugikan bisa disebut verva juga termasuk kategori ajektifa.
i)
Pembentukan
Ajektiva dengan “afiks” serapan
Menurut
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman
Pembentukan Istilah (PPI) penyerapan istilah dari bahasa asing dilakukan
secarah utuh bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. misalnya kata standar
(huruf d-nya dibuang) standardition (-dition disesuaikan menjadi
–disasi).begitu pula dengan object menjadi objek, objective menjadi objektif.
1) Kata serapan dari Bahasa Inggris
dan Belanda
Yang
berkatergori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik).
seperti :
a. If
: aktif, pasif, objektif, konsultatif.
b. Ik
: patriotic, akademik, pluralistik.
c. Is
: teknis, akademis, kronologis.
d. Istis
: egistis, materialistis, optimis.
e. Al
: konseptual, gramatikal, individual.
f. Il
: komersil, idiil, prinsipil.
2) Kata serapan dari Bahasa Arab
Yang
berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik)
a.
I :
islami, jasmani, rohani.
b.
Iah :
islamiah, jasmaniah, rohaniah.
c.
Wi :
duniawi, nabawi, surgawi.
d.
In :
muslimin, mukminin, hadirin.
e.
At :
hadirat, muslimat, mukminat.
MORFOFONEMIS
Morfofonemik
ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan
morfem yang lain. Sedangkan menurut (Chaer, 2008: 43) menjelaskan bahwa
morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian
mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai dari adanya
proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses
komposisi. Umpamanya dalam proses pengimbuhan sufik –an pada dasar hari akan
muncul bunyi [y], yang dalam ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan
dituliskan.
a) Jenis Perubahan
Menurut
Chaer, 2008: 43 dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem
berkenaan dengan proses morfologi ini. Di antaranya adalah :
a. Pemunculan
fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya
tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan
memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.

Proses
pengimbuhan sufiks -an pada dasar hari akan muncul bunyi semi vocal [y]

b. Pelepasan
fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam
proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada
prefiks ber- dilesapkan.

c. Peluluhan
fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam
suatu proses morfologi. Misalnya, dalam
pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem [s] pada kata sikat itu
diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasa /ny/.

d. Perubahan
fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat
terjadinya proses morfologi.

e. Pergeseran
fonem, yakni berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku
kata yang lain.

b)
Morfofonemis
dalam pembentukan kata Bahasa Indonesia
Mofofonemik
dalam pembentuk kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi.
Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses
afiksasipun terutama, hanya dalam prefiksasi-prefiksasi tertentu (Chaer, 2008:
46), seperti :
a.
Morfofonemik
Prefiks ber-
Ada empat peristiwa
morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :
· Prefiks
ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem
/r/
Misalnya :


· Prefks
ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/
Misalnya :


· Prefiks ber- berubah menjadi
bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
Misalnya :

Prefiks ber- tidak berubah
bentuknya apabila digunakan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di atas.
Misalnya :



b.
Morfofonemik
Prefiks me-
Ada tujuh peristiwa
morfofonemik pada prefiks me-, yaitu :
Jika ditambahkan pada dasar yang
dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk meng- tetap
meng-/men-/.
Misalnya :
Me + usir : mengusir
Me + ambil ; mengambil
Jika prefiks meng- ditambahkan pada
dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk
tersebut akan menjadi me-
Misalnya :
Me+rawat : merawat
Me+nanti : menanti
Jika
penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge’. Penambahan
fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonnan /b/
dan /f/
Me
+ baca : membaca
Me
+fokus : memfokus
Jika
penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan /d.
Me
+ dengar : mendengar
Me
+ duga : menduga
c.
Morfofonemik
Prefiks pe-
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan
morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu (a)
pengekalan fonem, (b) penambahan fonem, dan (c) peluluhan fonem.
1.
Pengekalan
fonem, artinya tidak ada perubahan fonem.
Contoh:


Pelatihan
2. Penambahan fonem,
yakni menambahkan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk
dasar.
Contoh:


Pembacaan


Pendengaran


Penggalian


Pengecoran
3. Peluluhan Fonem,
apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali
dengan konsonan bersuara /s.k,p, dan t/
Contoh:


Penyaringan


Pengumpulan
c) Bentuk Nasal dan Tak Bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal
tidak selamanya mengikuti kaidah morfofonemik. Hadir dan tidaknya bunyi nasal
dalam pembentukan katabahasa Indonesia sangat erat berkaitan dengan tiga hal,
yaitu (1) tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; (2) upaya pembentukan
kata sebagai istilah; (3) upaya pemberian makna tertentu. (Chaer, 2008: 56)
a. Kaitan
dengan tipe verba
Dalam bahasa Indonesia ada empat
macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi, yaitu (a) verba
berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i); (b) verba berprefiks me-
dengan pangkal per, per-kan, dan per-I; (c) verba berprefiks ber-; dan (d)
verba dasar (tanpa afiks apa pun).
Kaidah penasalan untuk verba
berprefiks me- (dengan nomina pe- dan nomina pe-an) yang diturunkannya adalah
sebagai berikut:
Afiks
|
Nasal
|
Fonem Awal Bentuk Dasar
|
Me-
Me-kan
Me-i
|
1. Ø
2. M
3. N
4. Ny
5. ng
|
l, r, w, y, m, n, ny, ng
b, p, f
d, t
s, c, j
k, g, h, k
h, a, l, u, e, o
|
|
6. nge
|
Eka suku
|
Dari bagai dapat dilihat bahwa
dalam proses pengimbuhan afiks me, me-kan, dan me-i akan terjadi.
1. Nasal
tidaka akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l, r, w, y, m, n,
ny, atau ng/.
Contoh : meloncat, peloncat,
peloncatan
Merawat, perawat, perawatan
2.
Akan muncul nasal /m/ bila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
Contoh : membina, prmbina,
prmbinaan
Memfitnah, pemfitnah, pemilih
3. Akan
muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/.
Contoh : mendengar, pendengar,
pendengaran
Mendapat, prndapat, pendapatan
Menemukan, penemu, penemuan
4. Akan
muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /s, c, dan j/.
Contoh : menyambut, penyambut,
penyambutan
Menyakiti, penyakit, penyakitan
Menyjahit, penyjahit, penyjahitan
5. Akan
muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, l,
u, e, atau o/.
Contoh : mengirim, pengirim,
pngiriman
Mengkhianati, pengkhianat,
pengkhianatan
Mengadu, pengadu, pengaduan
Mengelak, pengelak, penggelakan
6. Akan
muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku.
Contoh : mengetik, pengetik,
pengetikan
mengelas, pengelas, pengelasan
mengecat, pengecat, pengecatan
mengebom, pengebom, pengeboman
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses). Jakarta:
Rinika Cipta.
Komentar
Posting Komentar